Pengertian Sains: Apa itu Sains? Tujuan dan Batasannya?
Jan 29, 2019
Edit
A Pengertian Ilmu Pengetahuan (Science)
Kita sudah sangat sering menggunakan istilah science atau ilmu pengetahuan dengan
tanpa perlu lagi mendefinisikannya, karena kata tersebut sudah sangat familiar
untuk didengar atau dibaca. Bahkan, science
bisa diistilahkan menjadi an everyday
word, yang digunakan oleh para peneliti, jurnalis, guru sekolah, dan orang-orang
pada umumnya, yang semuanya berasumsi sudah mengerti definisi science. Padahal menurut Pruzan (2016) definisi
science ini sangat diperlukan, karena
hal tersebut sangat mempengaruhi seberapa besar kita dapat memahami dan
menghargai terhadap tujuan science,
batasan-batasan science, dan apa yang
secara implisit mencoba diduganya (hipotesis/postulat/spekulasi). Untuk
memahami definisi science, Pruzan
(2016) telah menguraikan pandangannya dalam buku Research Methodology - The Aims, Practices and Ethics of Science.
Beberapa pandangannya terkait definisi science
adalah bagaimana jika science dilihat
sebagai fakta-fakta, science sebagai
generalisasi dan pondasi bangunan sebuah teori, serta science sebagai sebuah aktivitas sosial.
1.
Science sebagai Fakta-Fakta
Science
adalah proses observasi, pengumpulan, dan analisis terhadap fakta-fakta. Dasar
pemikiran dari definisi tersebut adalah “fakta”, dimana mampu menjadi dasar
pengembangan teori, verifikasi, dan pengetahuan terhadap kondisi alam pada
umumnya. Jika diartikan secara lebih sederhana adalah bahwa “fakta” menjadi
dasar dari pengetahuan ilmiah. Pengetahuan ilmiah sendiri merupakan klaim
terhadap dunia fisik yang dibangun dengan akal sehat dan penalaran kita secara
hati-hati, sistematis, tidak memihak, dan bukan berdasarkan pemikiran praktis, pendapat
pribadi, desas-desus/rumor, keyakinan pribadi, atau imajinasi.
Pernyataan
Chalmers dalam Pruzan (2016) memberikan tiga gambaran secara implisit dan
menantang, serta asumsi yang mendasari definisi science sebagai fakta-fakta, yaitu:
a. Fakta
didapatkan secara langsung (bersifat inderawi) oleh pengamat yang cermat dan
tidak berpihak (tidak subyektif).
b. Fakta
muncul terlebih dahulu dan bebas (independen) dari teori-teori (teori dibangun
dari bahan dasar “fakta-fakta”).
c. Fakta
mampu menguatkan dan memberikan formulasi yang reliabel dari pengetahun ilmiah yang
ada.
2.
Science sebagai Generalisasi dan sebagai
Bangunan dari Teori yang Valid
Definisi
science sangat bersifat kontekstual,
artinya dalam setiap bidang ilmu memiliki ruang lingkup yang berbeda dalam
mendefinisikan sains, sebagai contoh natural
science didefinisikan sebagai sebuah cara khusus dalam memandang alam
semesta atau sebuah pendekatan rasional untuk menemukan, menghasilkan, menguji,
dan mempublikasi pengetahuan yang benar dan reliabel tentang realitas fisik. Seperti
halnya dengan mendefinisikan sains sebagai fakta, mendefinisikan science sebagai sarana untuk membangun
generalisasi yang reliabel tentu saja memiliki indikator-indikator yang telah
disepakati oleh masyarakat ilmiah (scientific
community). Hal tersebut akan membawa kita pada sejumlah pertanyaaan yang
menantang untuk dijawab, seperti:
a. Bagaimana
cara para scientists membangun sebuah
generalisasi/teori yang reliabel? Apakah sajakah indikator teori yang baik?
b. Dapatkah
science membuktikan sebuah kebenaran?
Bagaimanakah cara science untuk
kebenaran sebuah pernyataan?
c. Selanjutnya,
bagaimanakah sebuah teori-teori dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan
yang ada?
3.
Science sebagai Aktivitas Sosial
Karakterisasi
science lebih lanjut berkaitan dengan
aspek-aspek sosialnya. Pada dasarnya semua pendekatan modern terhadap science mengasumsikan bahwa fakta dan
teori science harus “lolos” dari uji
publik, atau penelitian dan pengujian yang bersifat kritis. Aspek-aspek sosial
dari science merupakan indikator
perilaku ilmiah yang baik, diantaranya:
a. Tidak
ada bias yang terjadi.
b. Menjaga
data dan catatan-catatan dalam penelitian.
c. Memberikan
credit (penghargaan) kepada orang
lain atas kontribusinya dalam penelitian.
d. Memberikan
hasil penelitian untuk dapat diakses oleh masyarakat ilmiah.
e. Menilai
hasil penelitian orang lain berdasarkan bidang ilmu yang dikuasai.
Uraian
di atas merupakan definisi mendasar dari science
atau ilmu pengetahuan. Secara lebih lanjut, akan ada istilah metodologi
ilmiah, yang menjadi persyaratan dan harus dipenuhi dalam membangun ilmu
pengetahuan (science). Jika ilmu
pengetahuan atau science tidak memenuhi
persyaratan metodologi ilmiah, maka akan masuk dalam kategori pseudo-science.
B. Tujuan Ilmu Pengetahuan (Science)
Penjelasan
tentang tujuan science akan lebih
mudah dipahami jika kita sudah mampu membedakan bahwa science dapat digunakan untuk menciptakan pengetahuan (yang lebih
mengarah ke “pure science”) dan dapat
digunakan untuk menerapka pengetahuan (applied
science). Keduanya akan memiliki tujuan yang berbeda-beda. Secara
sederhana, tujuan pure science dapat
dilihat dari sudut pandang individu (scientists)
dan dari institusi. Sedangkan tujuan applied
science lebih mengarah pada kontribusinya terhadap teknologi dan produk
yang dapat langsung dimanfaatkan oleh masyarakat.
Secara
umum, tujuan science dipandang dari
ilmuwan (scientists) dapat
dikategorikan dalam 3 hal berikut ini:
1. proses
pencarian pengetahuan agar mampu menjadi ilmuwan yang lebih berpengetahuan dan
lebih kompeten,
2. kepuasan
yang diperoleh dari pemanfaatan intelektualitas seseorang untuk berkembang sebagai
pribadi dan untuk menerima pengakuan dari kolega,
3. yang
terpenting adalah untuk berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat dan dunia.
Sedangkan
tujuan dilihat dari sudut pandang institusi lebih mengarahpada applied science yaitu agar sebuah
institusi mampu mengendalikan, merencanakan, dan memanfaatkan sumber daya
(fisik maupun sosial) untuk tujuan praktis. Hal ini jelas berbeda dengan tujuan
pure science yang lebih mendasar yaitu
untuk menghasilkan pengetahuan demi pengetahuan.
C. Batasan Ilmu Pengetahuan (Science)
Seperti
yang telah diungkapkan bahwa definisi science
berkaitan dengan fakta, yang membuat science
sangat bergantung pada indera manusia. Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa science memiliki keterbatasan yang
merupakan akibat dari kemampuan kita yang terbatas untuk mengamati realitas
fisik secara objektif. Keterbatasan ini timbul karena karakteristik fisik kita
(batas indera dalam menerjemahkan fakta), pengalaman kita yang terbatas, dan
berbagai harapan kita. Selain hal tersebut, ada beberapa batasan mendasar lain
dari science yaitu keterbatasan dalam
"cara khusus untuk memandang fenomena" dan "metodologi untuk
menemukan, menghasilkan, menguji, dan berbagi pengetahuan yang benar dan reliabel
tentang realitas fisik". Beberapa keterbatasan tersebut diantaranya
adalah:
1. Beberapa
konsep dalam science didasarkan pada
seperangkat praduga atau keyakinan yang tidak dapat dibuktikan dengan logika
atau tidak berdasarkan fakta yang ada.
2. Keterbatasan
lain dari ilmu alam adalah ketidakmampuannya untuk memberikan jawaban yang kuat
untuk sejumlah pertanyaan mendasar mengenai realitas fisik.
3. Science dengan penekanannya pada penyelidikan dan analisis yang rasional, tidak
dapat membenarkan secara rasional atas dugaannya sendiri terhadap
fakta yang ada.
4. Ada batasan pada kemampuan kita untuk menggambarkan
realitas dan batas-batas ini tidak dapat dihapus, atau bahkan dikurangi
dengan mengembangkan teknologi maju sekalipun. Batasan
ini bersifat intrinsik dan mendasar, seperti
kemampuan untuk mendeskripsikan kejadian sehari-hari secara akurat dan menggambarkan
apa yang sebenarnya terjadi.
D.
Deskripsi,
Kausalitas, Prediksi, dan Penjelasan
Ada
4 istilah yang menjadi konsep mendasar dari science,
yaitu deskripsi, kausalitas, prediksi, dan penjelasan.
1. Deskripsi
Deskripsi
dalam ilmu pengetahuan sangat
berkaitan dengan observasi. Deskripsi
adalah proses penyaringan apa yang kita lihat/dengar/rasakan/ cium/cicipi
kemudian diterjemahkan apa yang diamati tersebut kedalam pernyataan verbal
atau bentuk lainnya.
2. Kausalitas
Kausalitas
bisa dikatan sebagai pola hubungan sebab-akibat. Beberapa ilmuawan ada yang berpendapat bahwa tidak ada kausalitas di
alam, apa yang dianggap sebagai sebab dan akibat hanyalah
tingkat konsistensi yang tinggi dengan fenomena-fenomena tertentu yang kemudian diikuti oleh fenomena jenis lain. Menurut beberapa ilmuwan tersebut, semua
yang dapat diamati adalah korelasi, bukan sebab-akibat.
3. Prediksi
Prediksi
dalam istilah sehari-hari diartikan sebagai pernyataan bahwa peristiwa tertentu akan terjadi di masa
depan. Prediksi dalam ilmu pengetahuan adalah suatu pernyataan yang mempertimbangkan kondisi awal dan tentang keadaan yang akan datang. Prediksi adalah konsep utama dalam metodologi ilmiah, yang akan diuji kebenarannya.
4. Penjelasan
ilmiah
Dalam
ilmu pengetahuan, untuk menjelaskan peristiwa atau fenomena yang kita amati
adalah dengan
menjawab pertanyaan “mengapa” bukan
sekedar pertanyaan “apa”. Jawaban tersebut akan membuat
orang lain dapat memahami suatu fenomena yang bisa diterima secara umum.
Referensi:
Penulis Buku:
Tahun Terbit:
- Peter Pruzan
- Research Methodology
- Spriger International Publishing Switzerland
Tahun Terbit:
- 2016